Maraknya Oknum Wartawan Amplop di Tangerang, Profesi Mulia Tercoreng

TANGSEL, RM Tangerang kini banyak diwarnai dengan kehadiran para ' oknum wartawan tanpa berita' (OWTB) di sejumlah tempat. Fenomena ...

TANGSEL, RM

Tangerang kini banyak diwarnai dengan kehadiran para ' oknum wartawan tanpa berita' (OWTB) di sejumlah tempat. Fenomena ini mencerminkan sorotan tajam masyarakat terhadap profesi jurnalis, namun ironisnya, banyak yang justru menjadikannya ajang mencari keuntungan sesaat hanya bermodalkan Kartu Tanda Anggota (KTA) wartawan.

Profesi wartawan sejatinya adalah profesi mulia, garda terdepan penyampai informasi bagi masyarakat luas. Mereka adalah pekerja profesi sosial yang bertugas menginformasikan, dan membuka wawasan agar publik memahami realitas dunia secara utuh. Menjadi seorang wartawan profesional bukanlah perkara mudah, wartawan dituntut memiliki pemahaman pendidikan mendalam tentang jurnalisme, kepekaan membaca situasi, serta kemampuan menulis yang akurat berdasarkan fakta yang terkonfirmasi dari narasumber terpercaya.

Edy Riyadi salah satu wartawan yang juga Sekretaris PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Kota Tangerang Selatan, menerangkan bahwa wartawan adalah 'jendela dunia' dan profesi yang patut dihormati. Wartawan profesional harus mampu menyajikan laporan yang tajam berimbang berdasarkan investigasi dan liputan di lapangan agar dapat dinikmati serta dipahami pembaca.

"Ada sebagian penyandang profesi wartawan saat ini tidak dapat menulis dengan baik, di mana ia hanya ikut dalam liputan saja, tapi tidak menulis sehingga ia hanya terima amplop saja, nah di sini kita bisa melihat mana wartawan sebenarnya dan mana yang wartawan amplop saja, " terang Edy. Rabu, (08/12/2024).

Edy mengamati setidaknya ada beberapa kategori wartawan yang ada saat ini. Pertama, mereka yang benar-benar menulis berita sendiri dan karyanya selalu tayang, sehingga namanya dikenal luas di kalangan instansi pemerintah maupun swasta. Kedua, wartawan yang pemberitaannya mayoritas berasal dari rilis berita humas. Ketiga, adalah mereka yang tidak pernah menulis karena keterbatasan kemampuan dan hanya mengandalkan profesi wartawan semata dengan berbekal KTA.

Namun di tengah maraknya profesi ini, banyak pihak di luar sana yang kesulitan membedakan antara wartawan sejati dan mereka yang hanya bernaung di lembaga wartawan tanpa kontribusi nyata. Situasi ini diperparah dengan munculnya oknum wartawan baru yang kerap menunjukkan gaya investigasi arogan dan berlebihan.

"Yang mirisnya banyak oknum wartawan baru tersebut, gaya investigasinya bersifat arogan dan over acting, " tambah Edy, yang juga Pemred Media Tangerang Jasa. 

Menyikapi kondisi ini, Edy berharap agar rekan-rekan pers yang belum mahir menulis dapat mengikuti pelatihan jurnalisme seperti KLW (Karya Latih Wartawan) atau Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang diadakan PWI atau lembaga lainnya. Ia juga menyerukan kepada Dewan Pers untuk memperkuat perlindungan bagi anggota dan wartawan melalui regulasi pendirian perusahaan pers, mengingat tingginya potensi permasalahan yang sering timbul di lapangan. Hal ini penting demi menjaga nama baik individu wartawan serta institusi media tempat mereka bernaung.(lepinus)