Di Tengah Krisis Logistik Pasca Banjir, Aktivitas Pengambilan Material Ilegal Diduga Terus Berjalan di Gayo Lues

Gayo Lues, RM 04/12/25 - Saat ribuan warga Gayo Lues masih kesulitan mendapatkan bantuan makanan akibat akses jalan yang terputus oleh banji...

Gayo Lues, RM

04/12/25 - Saat ribuan warga Gayo Lues masih kesulitan mendapatkan bantuan makanan akibat akses jalan yang terputus oleh banjir dan longsor, aktivitas pengambilan material ilegal justru kembali terpantau di aliran Sungai Rikit Dekat, Kabupaten Gayo Lues. Damtruk proyek terlihat memuat batu dan pasir dari lokasi yang bukan merupakan area Galian C berizin.

Seorang warga yang enggan disebut namanya mengungkapkan aktivitas itu dilakukan secara terang-terangan meski daerah dalam kondisi darurat.

> “Kami lihat sendiri truk naik turun ke sungai. Banjir baru saja terjadi, makanan telat masuk, tapi mereka masih saja mengangkut material. Seakan tidak peduli keadaan masyarakat,” ujarnya.

Material yang diduga diambil secara ilegal itu kemudian dibawa menuju AMP milik PT Pelita Nusa Perkasa di Gunyak. Padahal dokumen tender mencantumkan bahwa seluruh proyek pengaspalan harus menggunakan material dari Galian C berizin milik CV Lhok Keutapang Utama di Desa Pasir Putih, Kecamatan Pining.

Situasi ini menuai kritik tajam dari masyarakat. Di tengah akses jalan yang tertutup material longsor dan ribuan warga kekurangan logistik, PT Pelita Nusa Perkasa dinilai justru abai terhadap keadaan darurat.

Dengan armada alat berat dan dump truk yang dimiliki, perusahaan tersebut seharusnya membantu pemerintah daerah membersihkan longsor di sejumlah titik, terutama pada jalur vital Rikit–Pining–Blangkejeren yang lumpuh total beberapa hari terakhir.

Namun warga menilai perusahaan lebih memilih mengutamakan aktivitas pengangkutan material.

Dampak Galian C Ilegal Diduga Ikut Memperparah Banjir

Aktivitas galian ilegal di sepanjang aliran sungai diduga menjadi salah satu pemicu kerusakan ekosistem yang membuat banjir semakin parah:

"Dasar sungai terus terkikis hingga semakin dalam, membuat bantaran di kiri–kanannya melemah dan mudah longsor. Sementara itu, endapan lumpur menumpuk di bagian hilir, mengubah alur air dan membuat arus sungai menjadi liar setiap kali debit meningkat. Kombinasi kondisi ini mendorong naiknya risiko banjir yang bisa datang lebih besar dan lebih cepat".

Warga menyebut pola banjir dalam beberapa tahun terakhir berubah drastis sejak maraknya aktivitas pengerukan ilegal.

Dugaan penggunaan material ilegal mengarah pada beberapa perusahaan pelaksana proyek, di antaranya:

PT Sari Bumi Prima – Paket Rekonstruksi Jalan Blower CV Jaya Santosa Raya – Rehabilitasi Jalan Penampaan PT Nusantara Utama Konstruksi – Rehabilitasi Jalan Simpang MAN CV Milan – Rehabilitasi Jalan Telcom

Proyek-proyek yang bersumber dari DOKA dan DBH Sawit tersebut seharusnya mengikuti aturan penggunaan material berizin. Namun temuan warga memperlihatkan truk lebih sering mengambil material dari titik ilegal di Sungai Rikit Dekat.

Ketua LSM KOREK Aceh, Irwansyah, mengecam keras aktivitas tersebut.

Ribuan orang butuh makanan, jalan terputus, kendaraan tidak bisa lewat. Perusahaan yang punya alat berat harusnya membantu buka jalan. Ini malah sibuk ambil batu/ Pasir dari sungai.

> “Saat rakyat kekurangan makanan dan akses darat lumpuh, perusahaan ini malah sibuk mengambil material ilegal. Ini bukan hanya pelanggaran hukum, tapi juga tindakan tidak berperikemanusiaan,” tegasnya.

Ia memastikan laporan warga, foto, dan dokumentasi aktivitas ilegal sudah diterima

Masyarakat menilai aktivitas ilegal ini tidak mungkin luput sepenuhnya dari pantauan aparat daerah.

Karena itu, warga meminta Polda Aceh dan Kejati Aceh turun langsung untuk:

memeriksa aktivitas galian ilegal,mengecek dokumen penggunaan material proyek,menelusuri potensi pembiaran,serta memastikan adanya penegakan hukum yang tegas.Seorang warga yang enggan disebut namanya mengatakan:

> “Kalau aparat tahu tapi tidak bertindak, itu sudah bukan kelalaian. Itu pembiaran.”

(Tim)