Radar Metro Makin banyak saja mahasiswa Indonesia yang bersinar di luar negeri. Dua diantaranya jagoan Bahasa Korea. Ia bernama Bastia...
Radar Metro
Makin banyak saja mahasiswa Indonesia yang bersinar di luar negeri. Dua diantaranya jagoan Bahasa Korea. Ia bernama Bastian Widyatama. Mahasiswa Indonesia ini berhasil menyabet juara 1 dalam lomba pidato bahasa Korea (13/10/) yang diselenggarakan oleh Park Chung Hee School of Policy and Saemaul (PSPS), Yeungnam University, Korsel.
Tidak hanya itu, Endah Kusmiarti yang juga berasal dari Indonesia berhasil keluar sebagai juara 3. Keduanya adalah mahasiswa master jurusan Public Policy and Leadership di Yeungnam University.
Kompetisi yang bertajuk ‘The 2nd PSPS Saemaul Spirit Korean Speech Contest’ ini diikuti oleh puluhan peserta yang berasal dari berbagai negara seperti Indonesia, China, Vietnam, Bangladesh, Zambia, dan Malaysia. Sementara itu, juri pada kompetisi ini yaitu Prof. Kim Ki Su, Prof. Lee Sang Hoo, and Prof. Choi Oe-chool dari pihak universitas.
Menariknya, penonton dalam lomba pidato bahasa Korea ini tidak hanya berasal dari mahasiswa asing saja, tetapi juga melibatkan mahasiswa Korea sendiri. Pada kesempatan ini, Indonesia diwakili oleh 5 mahasiswa yang juga sedang menempuh pendidikan master di Yeungnam University dan 2 diantaranya berhasil merebut posisi pertama dan ketiga, sedangkan posisi kedua berhasil diraih oleh peserta asal Vietnam.
“The 2nd Saemaul Spirit Korean Speech Contest ini diselenggarakan dengan dua tujuan. Pertama adalah untuk memperingati Hangeul Day yang jatuh pada tanggal 9 Oktober 2017 lalu. Kedua adalah untuk mengasah kemampuan mahasiswa asing yang sedang menempuh pendidikan di Korea ini. Alasan kedua ini menjadi penting mengingat seluruh mahasiswa asing disini juga diwajibkan untuk mengikuti kursus atau kelas khusus bahasa Korea supaya mereka bisa menggunakan bahasa Korea dalam aktivitas sehari-hari,” ujar Professor Kim Ki Su (dekan PSPS) dalam sambutannya.
Sementara itu, Bastian sebagai juara 1 dalam kompetisi ini merasa bersyukur bisa mengharumkan nama Indonesia di Korsel. “Sebenarnya saya tidak menyangka bisa memperoleh juara 1 karena peserta yang lain juga memiliki kemampuan bahasa Korea yang bagus. Tentu ini akan menjadi memori yang luar biasa bagi saya. Dan semoga mahasiswa Indonesia bisa terus menunjukkan kualitasnya di negeri orang,” ujarnya seusai lomba.
Bisa jadi yang membedakan Bastian dengan yang lainnya adalah dalam hal ekspresi dan interaksi dengan audience. Ia sempat melontarkan beberapa pertanyaan kepada penonton, termasuk mengajak mereka untuk bernyanyi dalam bahasa Korea.
Kegiatan ini ternyata juga menjadi momentum yang tepat untuk memperkenalkan budaya asli Indonesia yaitu Batik. Seluruh peserta yang berasal dari Indonesia secara kompak mengenakan pakaian Batik sebagai identitas dirinya. Tidak hanya Indonesia, beberapa negara lain juga memanfaatkan momentum ini untuk memperkenalkan identitasnya melalui pakaian tradisional seperti Bangladesh, Malaysia, dan China. Tentu harapannya terjadi pertukaran budaya dalam kegiatan ini.
Kompetisi serupa juga pernah diselenggarakan pada tahun 2016 yang silam dengan nama yang sama. Dalam kompetisi itu peserta diberikan kesempatan untuk membahas dua topik pilihan yaitu pengalaman selama berada di Korea Selatan dan pengaplikasian Saemaul Undong (rural development model) untuk negara berkembang. Kemudian setiap peserta diberikan waktu untuk berpidato dalam bahasa Korea selama kurang lebih 5 sampai 10 menit.
Menurut catatan KBRI Seoul, pada tahun 2016 silam, wakil Indonesia juga berhasil menyabet juara 1 dalam kompetisi yang sama. Terpilihnya Bastian sebagai juara 1 pada tahun ini bisa menjadi sebuah tradisi yang baik untuk dipertahankan. Youngnam adalah salah satu Universitas swasta terbesar di negeri kimchi.
“Semoga setiap tahun wakil Indonesia bisa mengharumkan nama bangsa di semua kompetisi yang ada,” ujar Dubes Umar Hadi penuh harap.
Tidak hanya itu, Endah Kusmiarti yang juga berasal dari Indonesia berhasil keluar sebagai juara 3. Keduanya adalah mahasiswa master jurusan Public Policy and Leadership di Yeungnam University.
Kompetisi yang bertajuk ‘The 2nd PSPS Saemaul Spirit Korean Speech Contest’ ini diikuti oleh puluhan peserta yang berasal dari berbagai negara seperti Indonesia, China, Vietnam, Bangladesh, Zambia, dan Malaysia. Sementara itu, juri pada kompetisi ini yaitu Prof. Kim Ki Su, Prof. Lee Sang Hoo, and Prof. Choi Oe-chool dari pihak universitas.
Menariknya, penonton dalam lomba pidato bahasa Korea ini tidak hanya berasal dari mahasiswa asing saja, tetapi juga melibatkan mahasiswa Korea sendiri. Pada kesempatan ini, Indonesia diwakili oleh 5 mahasiswa yang juga sedang menempuh pendidikan master di Yeungnam University dan 2 diantaranya berhasil merebut posisi pertama dan ketiga, sedangkan posisi kedua berhasil diraih oleh peserta asal Vietnam.
“The 2nd Saemaul Spirit Korean Speech Contest ini diselenggarakan dengan dua tujuan. Pertama adalah untuk memperingati Hangeul Day yang jatuh pada tanggal 9 Oktober 2017 lalu. Kedua adalah untuk mengasah kemampuan mahasiswa asing yang sedang menempuh pendidikan di Korea ini. Alasan kedua ini menjadi penting mengingat seluruh mahasiswa asing disini juga diwajibkan untuk mengikuti kursus atau kelas khusus bahasa Korea supaya mereka bisa menggunakan bahasa Korea dalam aktivitas sehari-hari,” ujar Professor Kim Ki Su (dekan PSPS) dalam sambutannya.
Sementara itu, Bastian sebagai juara 1 dalam kompetisi ini merasa bersyukur bisa mengharumkan nama Indonesia di Korsel. “Sebenarnya saya tidak menyangka bisa memperoleh juara 1 karena peserta yang lain juga memiliki kemampuan bahasa Korea yang bagus. Tentu ini akan menjadi memori yang luar biasa bagi saya. Dan semoga mahasiswa Indonesia bisa terus menunjukkan kualitasnya di negeri orang,” ujarnya seusai lomba.
Bisa jadi yang membedakan Bastian dengan yang lainnya adalah dalam hal ekspresi dan interaksi dengan audience. Ia sempat melontarkan beberapa pertanyaan kepada penonton, termasuk mengajak mereka untuk bernyanyi dalam bahasa Korea.
Kegiatan ini ternyata juga menjadi momentum yang tepat untuk memperkenalkan budaya asli Indonesia yaitu Batik. Seluruh peserta yang berasal dari Indonesia secara kompak mengenakan pakaian Batik sebagai identitas dirinya. Tidak hanya Indonesia, beberapa negara lain juga memanfaatkan momentum ini untuk memperkenalkan identitasnya melalui pakaian tradisional seperti Bangladesh, Malaysia, dan China. Tentu harapannya terjadi pertukaran budaya dalam kegiatan ini.
Kompetisi serupa juga pernah diselenggarakan pada tahun 2016 yang silam dengan nama yang sama. Dalam kompetisi itu peserta diberikan kesempatan untuk membahas dua topik pilihan yaitu pengalaman selama berada di Korea Selatan dan pengaplikasian Saemaul Undong (rural development model) untuk negara berkembang. Kemudian setiap peserta diberikan waktu untuk berpidato dalam bahasa Korea selama kurang lebih 5 sampai 10 menit.
Menurut catatan KBRI Seoul, pada tahun 2016 silam, wakil Indonesia juga berhasil menyabet juara 1 dalam kompetisi yang sama. Terpilihnya Bastian sebagai juara 1 pada tahun ini bisa menjadi sebuah tradisi yang baik untuk dipertahankan. Youngnam adalah salah satu Universitas swasta terbesar di negeri kimchi.
“Semoga setiap tahun wakil Indonesia bisa mengharumkan nama bangsa di semua kompetisi yang ada,” ujar Dubes Umar Hadi penuh harap.
COMMENTS