Proyek Peningkatan Jalan Bundaran Tiga Diduga sarat dengan Persekongkolan.Kepala Bidang Bina Marga tidak dilibatkan "Tolong hargailah orang bodoh ini".

Kuala Pembuang, RM Sampai berita ini diturunkan, kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang kabupaten Seruyan menutup diri dari insan pe...

Kuala Pembuang, RM

Sampai berita ini diturunkan, kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang kabupaten Seruyan menutup diri dari insan pers. Padahal pekerjaan itu menggunakan uang rakyat bukan dana pribadi. Sebagai salah satu pilar demokrasi, sudah menjadi tugasnya pers melakukan pengawasan terhadap penggunaan uang rakyat. Banyak hal mestinya harus di jelaskan secara transparan, agar tidak menimbulkan dugaan yang tidak-tidak. Namun sayangnya terkait UU Pers, UU Keterbukaan Informasi Publik, ternyata tidak di indahkan oleh oknum kepala dinas ini.

Bertahun-tahun ini berapa ratus milyar sudak pekerjaan proyek yang dijalankan dibawah kendalinya tidak transparan. 

Pun dengan proyek pekerjaan peningkatan jalan bundaran besar yang berlokasi di kecamatan Seruyan Hilir , Kabupaten Seruyan, Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah ini, yang menelan anggaran yang lumayan besar yakni empat milyar delapan ratus lima puluh juta tujuh ratus delapan ribu rupiah (Rp 4.850.708.000,-) 

Diduga proyek pekerjaan jalan bundaran besar itu tidak direncanakan dengan baik dan cenderung asal-asalan. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian diantaranya bahwa proyek berupa pembangunan siring tersebut dikerjakan tanpa Amdal, tanpa menggunakan cerucuk/paku bumi, tanpa melalui uji laboratorium di seruyan, dan tidak menyediakan saluran pembuangan. 

Ketika dikonfirmasi hal ini kepada kepala dinas PUPR, tidak bisa ditemui, begitu pula Hpnya tidak bisa dihubungi. Menurut ILhamsyah selaku kepala bidang Bina Marga pada minggu lalu diruang kerjanya "Harusnya ada saluran pembuangan, makanya di dalam membuat siring itu paling tidak dimana posisi untuk pembuangan disitu jangan ditutup. Saya belum melihat desainnya, perencanaan yang disusun, seharusnya itu ada saluran pembuangannya. Pembuangannya itu apakah nantinya menggunakan pipa atau gorong-gorong yang sudah jadi. Kalau membongkar aspal, jelas akan mengganggu aktivitas jalan. Nantinya apakah menggunakan pipa dengan diameter tertentu atau bagaimana. Sebab apabila tidak dibuatkan saluran pembuangannya maka akan tergenang, percuma saja membuat siring bila tergenang, akan banjir disitu. 

Disini ini kan pasang surut, kalau tertutup semua percuma saja dibangun", kata ilham. 

Ketika ditanyakan Radar Metro, apakah di dalam desain perencanaan siring tersebut tidak menggunakan cerucuk/ paku bumi.? "Saya ini belum tahu desain perencanaan yang dibuat kawan-kawan itu. Harusnya ada cerucuk disitu, karena lokasi disitu tanahnya labil (kontur tanah lembek dan berair) dan rumputnya tidak dikupas. Daerahnya rendah/ ayap, dan itu belum dikupas rumputnya.

Sedangkan pelaksananya tidak pernah melakukan koordinasi dengan saya. Sebenarnya saja juga ingin tahu perencanaanya, tapi sepertinya koordinasinya langsung ke atas (Kadis). Makanya kemarin sempat saya tanya juga, adakah pembuangannya, adakah salurannya. Kalau tidak salah kemarin menyampaikan tidak ada, kata saya itu tidak bisa, paling tidak ada pipa untuk saluran pembuangan itu. Maksud saya itu didalam siring itu supaya ada pipa supaya air bisa mengalir keluar. Kalau tidak ada pipa otomatis nanti air itu akan meluap, dan daerah kita ini daerah pasang surut. 

Kita dari awal itu sudah sempat juga mempertanyakan, kenapa plang proyek belum ada sudah dilakukan penumpukan material dilokasi pekerjaan, padahal hari H belum. Saya minta hentikan, karena banyak yang mempertanyakan masalah tersebut. Harus berpedoman pada aturan lah, walaupun saya dalam hal itu tidak terlibat. Paling tidak karena hal itu dibidang saya orang pasti mempertanyakan hal itu. Mestinya pihak 

Rekanan itu paling tidak bersurat ke kami bahwa akan menumpuk material dan mereka itu juga harus hadir, kan itu ada pendampingan dari kejaksaan, jangan plang proyek belum dipasang, hari H mulai pekerjaan juga belum, sudah menumpuk material.

Radar Metro juga mempertanyakan proyek dengan nilai pagu milyaran, kok direksiketnya hanya terpal, seperti pondok para petani ditengah sawah. "Kontraktornya tidak pernah berkomunikasi dengan kita selaku kepala bidang Bina Marga, mereka langsung berurusan di depan (Kadis). Maksud saya itu PPTK dan lainnya itu, tolong hargai lah orang bodoh yang ada diruangan kabid ini. Hal lainnya kita juga tegur, jangan menumpuk batu belah, pasir dijalan, itu kan mengganggu akses jalan. Bahkan ada yang tertepeleset akibat adanya material pasir sampai ketengah badan jalan. Kata saya menumpuk material itu di dalam area pekerjaan. Itu tidak di indahkan, alasannya sulit mengambil material". Pungkas ilham.

fendi// Radar Metro.